Jawa Timur memang memiliki daya tarik luar biasa. Provinsi dengan jumlah pemilih terbanyak kedua setelah Jawa Barat itu menjadi tempat pertarungan sengit dua partai besar – PDI-Perjuangan (PDIP) dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) – untuk meraih kursi terbanyak di DPR. Namun, kehadiran para pasangan calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) yang memiliki kaitan erat dengan provinsi ini lah yang membuat Jawa Timur menjadi “medan tempur” sesungguhnya dalam pemilihan umum (pemilu) 2024.
Komisi Pemilihan Umum (KPU) pertengahan tahun lalu telah menetapkan 31,4 juta pemilih di Jawa Timur yang masuk dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT). Jumlah pemilih laki-laki dan perempuan yang nyaris sama, yaitu 15,42 juta pemilih laki-laki dan 15,87 juta pemilih perempuan.
Pasangan capres/cawapres nomor urut satu Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar dinilai berpeluang memenangkan provinsi ini karena dukungan kuat beberapa pondok pesantren, seperti Ponpes Lirboyo Kediri, dan keberadaan Cak Imin – panggilan akrab Muhaimin. Cak Imin dikenal luas sebagai tokoh politik asal Jombang yang menjadi Ketua Umum PKB.
Tak heran jika sehari sebelum kampanye akbar di Jakarta, pasangan ini berkampanye di tiga kota di Jawa Timur, yaitu Tulungagung, Pasuruan dan Surabaya. Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar mengawali Jumat (9/2) pagi dengan menyapa ribuan massa yang tumpah ruah di GOR Lembupeteng, Tulungagung.
“Kita berkumpul di sini bukan hanya untuk tatap muka, tapi untuk Indonesia adil makmur untuk semua. Bila di Jatim menang, kita akan menang,” ujar Anies.
Ia menyebut berbagai masalah ketimpangan dan ketidakdilan, yang menurutnya hanya bisa disudahi jika semua melakukan “gerakan perubahan untuk Indonesia yang adil dan setara.”
Tulungagung: “Abah Jangan Nyanyi”
Menggunakan campuran bahasa Indonesia dan bahasa Jawa, Anies membacakan beberapa poster yang dibawa warga yang datang.
“Abah, Perjuangkan Selalu Amar Makruf,” “Kami Yang Miskin Berhak Dapat Pendidikan Terbaik,” “Abah Presiden Pilihan Hati, Bukan Pilihan Dinasti,” dan “Kami Dukung karena Iman dan Takwa, Bukan karena Sandera KPK,” demikian tulisan sebagian poster yang dibaca Anies.
Ia tidak dapat menahan gelak tawa saat membaca poster terakhir “Abah Jangan Nyanyi.”
“Boleh nyanyi?” tanya Anies, yang langsung dijawab warga “Tidak boleh!” Semua pun tertawa.
Anies melanjutkan kampanyenya dengan mengatakan “kita ingin mengembalikan Indonesia menjadi rumah besar bagi semua, seperti yang digariskan pendiri republik ini. Pendiri bangs aini telah membuat Indonesia untuk semua golongan, bukan untuk sebagian saja.”
Mohon Doa dari Kiai & Habib
Dalam kesempatan itu ratusan ulama, kiai, habib dan tokoh se-Jawa Mataraman mendeklarasikan dukungan pada Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar. Deklarasi tersebut mengajak semua pihak untuk berjuang memenangkan capres-cawapres nomor urut satu itu dan sekaligus menjaga ketertiban pelaksanaan pemungutan suara hingga proses perhitungannya untuk menjamin tidak terjadinya kecurangan.
Anies menyempatkan diri bersilaturahmi dengan para kiai dan pemuka masyarakat se-Tulungagung di rumah Mbak Trimo, yang terletak di lingkungan Masjid Al Falah, Tulungagung. Tampak hadir sejumlah kiai dari Pondok Pesantren Al Falah Ploso, dan Lirboyo, Kediri.
Selain PKB, dua partai lain dalam Koalisi Perubahan yang mengusung Anies-Cak Imin, adalah Partai Nasional Demokrat (Nasdem) dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
Cak Imin: Jangan Mau Suara Dibeli
Pasangan capres-cawapres nomor urut satu ini kemudian melaju ke Pasuruan untuk berkampanye di Stadion Untung Suropati, yang disesaki puluhan ribu warga. Kali ini Cak Imin yang meminta rakyat untuk solid.
“Rakyat jangan mau suaranya dibeli karena itu hanya menguntungkan oligarki. Alhamdulillah kita kuat imannya, tidak bisa dibeli dan dirayu-rayu,” ujarnya.
Dengan guyonan ala Jawa Timur, Cak Imin bertanya “ini sambatnya orang Pasuruan, sembako mahal, cari pekerjaan sulit, mau dilanjutkan?” Yang langsung dijawab “tidak!”
“Kita butuh perubahan. Perubahan ini sudah lama diimpikan oleh para ulama,” ujarnya.
Kampanye ini dimeriahkan dengan deklarasi dukungan kelompok warga yang disebut “Rhomais” atau penggemar Raja Dangdut Rhoma Irama. Musisi lawas berusia 77 tahun itu tidak dapat menyembunyikan kegembiraannya melihat pembacaan deklarasi yang diikuti dengan praktik mencoblos surat suara.
Kampanye Format Town Hall di Surabaya
Tanpa membuang waktu, Anies dan Cak Imin melanjutkan perjalanan ke Surabaya dan berbicara di DBL Arena Surabaya. Panitia pelaksana mengatakan meskipun DBL Arena sedianya berkapasitas 6.000 orang, tetapi lebih dari 20.000 orang memadati kawasan itu, di dalam dan luar gedung. Anies dilaporkan sempat menemui kesulitan untuk memasuki panggung utama karena tertahan massa. Namun setelah ia menggunakan bahasa isyarat “saatnya perubahan” dengan melihat jam tangan, massa berangsur-angsur memberinya jalan.
“Surabaya dahsyat! Ini rekor ‘Desak Anies’ terbesar. Belum pernah ada yang sebesar ini. Pendaftar mencapai 13.500 saat dihentikan. Kalau tidak dihentikan, entah berapa yang mendaftar,” ujarnya membuka kampanye Jumat (9/2) malam.
Berbeda dengan dua pasangan capres-cawapres lainnya, Tim Pemenangan Anies – Cak Imin senantiasa berupaya memilih cara berkampanye dengan format town hall, yang membuat keduanya bisa berdialog dengan warga yang datang.
“Kita tidak berbicara dengan lisan. Kita berbicara dengan hati,” ujar Anies untuk mengapresiasi ribuan orang yang tidak dapat masuk ke dalam gedung DBL Arena tetapi tetap bertahan di luar.
Dalam wawancara dengan VOA di Washington DC, pada Januari lalu, Co-Captain Tim Pemenangan Anies – Cak Imin, Tom Lembong, mengatakan mereka memilih format kampanye seperti ini karena pihaknya percaya dengan engagement atau dialog yang lebih dekat.
“Kami sangat percaya pada engagement, bersilaturahmi yang lebih dari sekedar seremonial, tapi benar-benar dialog. Itu sebabnya kami punya forum ‘Desak Anies,’ ‘Slepet Imin,’ dan ‘Locker Room Timnas’. Ini luar biasa sekali. Kami senang ketika ada pendukung paslon sebelah yang juga ikut hadir, mendesak dan mempertanyakan, menagih janji-janji kami, apakah sesuai fakta dan realitas,” ujar Tom saat itu.
Prabowo – Gibran, Ganjar – Mahfud Jaga Jawa Timur
Selain pasangan capres-cawapres Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar, dua paslon lainnya juga menjaga Jawa Timur di hari-hari terakhir kampanye.
Pasangan capres-cawapres nomor urut dua, Prabowo Subianto – Gibran Rakabuming, baru-baru ini mendapat mendapat tambahan dukungan dari Gubernur Jawa Timur Khofifah Indra Parawansa. Sebelumnya, paslon itu sudah menggenggam dukungan kuat dari Ketua Dewan Majelis Partai Demokrat yang juga mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Wakil Gubernur Jawa Timur Emir Dardak. SBY sendiri berasal dari Pacitan, Jawa Timur.
Prabowo-Gibran juga menghabiskan Jumat di Sidoarjo, Jawa Timur. Selain berkampanye di Stadion Deltras Sidoarjo, yang dihadiri ratusan ribu warga, mereka juga menyambangi beberapa pesantren.
Geliat pasangan capres-cawapres nomor urut tiga Ganjar Pranowo-Mahfud MD di Jawa Timur juga patut diperhitungkan. Selain karena sosok Mahfud MD yang berasal dari Madura, dukungan kuat Yenny Wahid, putri mantan Presiden Abdurrahman Wahid dipastikan akan ikut menambah suara pasangan ini. Dan tentunya Partai Demokrat Indonesia Perjuangan yang menjadi pemenang utama di Jawa Timur dalam pemilu tahun 2019 lalu, dan kini menjadikan Ganjar Pranowo dan Mahfud MD sebagai calon pemimpin. [em/ft]