Hampir semua umat Kristen di Indonesia ini telah bergabung dengan sebuah organisasi atau bagian dari sebuah komunitas baik komunitas besar maupun komunitas kecil, setidaknya seseorang tersebut adalah bagian dari organisasi Gereja.
Saya sangat terkesan, kalau di beberapa negara lain mengizinkan rumah ibadah sebagai tempat isolasi dan tempat pengobatan para pengidap virus corona, artinya Gereja ada saat senang ataupun susah.
Saya jadi berpikir, apakah Indonesia tidak mampu melakukan hal yang sama?, tentu saja kita tau bahwa di negara kita begitu banyak organisasi atau komunitas, banyak gereja dan umat yang tentu mampu melakukannya, dan mestinya hadir saat-saat di perlukan dalam kondisi sulit seperti saat ini.
Terus terang di hati ini sedikit mengalami gejolak, mungkin saat ini saya masih merasa cukup secara kebutuhan ekonomi, tapi saya sangat tau begitu banyak jiwa yang saat ini membutuhkan uluran tangan dermawan, banyak Saudara-saudari kita yang terdampak Covid-19, mereka punya keluarga, istri dan juga anak, mereka di PHK tanpa pesangon, mereka yang terima gaji hanya saat bekerja, mereka yang hidup di kontrakan sempit dan jauh dari kemewahan, mereka yang masak nasi dengan air banyak agar perut keluarganya bisa terisi semua, mereka yang menangis karena kelaparan dan tidak tau harus bagaimana dan harus kemana.
Memang sudah menjadi doa yang sama jika semua orang tiap hari, tiap malam berseru pada Tuhan agar Corona cepat berlalu, tapi tidak kah kita merasa malu di hadapan Tuhan? karena kita hanya sibuk berdoa, sibuk menonton perkembangan berita, sibuk merangkai kata di sosial media milik kita, sibuk dengan hal-hal yang tidak nyata tapi lupa akan tindakan nyata?
Saya bisa jamin, Tuhan tidak suka dengan doa kita, Ia lebih suka tindakan kasih yang nyata dari kita, Ia biarkan Corona ini sebagai api pemurnian, sejauh mana acara-acara keagamaan dan acara perayaan menjadi lebih penting dari pada CINTA KASIH itu sendiri, bukankah Yesus mati dan bangkit kembali yang kita kenal dengan PASKAH, adalah bukti Ia mencintai umat manusia? Bukan kata-kata, bukan ucapan puitis tapi bukti yang nyata.
Saya merenung sejenak dan berandai dalam hati, jika sebuah organisasi ataupun Gereja turun tangan melakukan aksi sosial, melakukan penggalangan dana bantuan, seperti saat-saat melaksanakan sebuah upacara keagamaan dan menghabiskan anggaran puluhan juta hingga miliaran rupiah, bukankah waktunya saat ini, kita buktikan bahwa Gereja hadir untuk mereka yang susah dan miskin, organisasi ada untuk mereka yang membutuhkan bantuan kemanusiaan? Untuk mereka yang saat ini sedang berjuang menghadapi kemiskinan?
Sudahkah kita mengenal dengan baik domba-domba kita?
By : Umbu Channel