Moeldoko Effect, Kekuasaan Memabukkan atau Memuakkan?

Oleh: Dikson Ringo *)

Kepemimpinan (kekuasaan/jabatan) idealnya mengaktualisasi nilai-nilai yang mewujudkan supremasi hukum, menjadi pembelajaran yang mampu menjawab tantangan dan hambatan berbagai bidang kehidupan.

Opini publik dalam 3 hari ini disuguhi atraksi politik, Kongres Luar Biasa (KLB) Partai Demokrat dan Rapat “Pleno” DPP KNPI menunjuk Pelaksana Tetap Ketua Umum DPP KNPI, walau yang benar Pelaksana Tugas (Plt).

KLB Partai Demokrat menggulingkan Ketua Umum Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dengan kekuatan faksi 3; pendiri, Anas Urbaningrum dan Marzuki Alie dengan memggandeng kekuatan eksternal Moeldoko, pejabat inti istana.

Di tempat lain, sabtu 6/3/2021 Rapat “Pleno” DPP KNPI menunjuk Mustahuddin sebagai Plt. Ketua Umum KNPI menggantikan Haris Pertama. Alasannya mekanisme organisasi tidak berjalan dan pengelolaann keuangan tidak transparan.

Merujuk teori Maxwell, kepemimpinan bukan kemampuan untuk mendapatkan pengikut, bukan untuk mnencapai kedudukan, jabatan/pangkat, setelah mendapatkannya kemudian berpikir bahwa mereka sudah menjadi pemimpin.

Persoalannya apakah pemimpin mampu mempengaruhi orang lain atau pengaruh apa yang diberikan kepada orang lain. Hal itu terlihat dalam teori segitiga kekuasaan, yakni komunikasi, pengakuan, dan pengaruh.

Ketika pemimpin berkomunikasi dengan orang lain, akan melahirkan pengakuan mereka akan kompetensinya, pada akhirnya pengakuan itu akan sampai pada pengaruh terhadap orang lain.

Kepemimpinan (kekuasaan/jabatan) idealnya mengaktualisasi nilai-nilai yang mewujudkan supremasi hukum, menjadi pembelajaran yang mampu menjawab tantangan dan hambatan berbagai bidang kehidupan.

Bila kepemimpinan (kekuasaan/jabatan) tidak mengindahkan etika dan nilai-nilai maka kekuasaan menjadi kehilangan aroma manfaat bagi publik. Para pihak akan dituduh publik sekedar asas manfaat, jabatan menjadi sarana berburu rente, bagi keuntungan pribadi maupun kelompok.

Era digital seringkali menyajikan kebenaran permukaan lalu menutupi kebenaran faktual. Apa yang tersaji diberita menjejali pikiran publik, dampaknya sikap malas mencari kebenaran sesungguhnya. Hal ini membuat muak tapi disisi lain kekuasaan sangat memabukkan.

READ  Madilog.Id Mengucapkan: Selamat Atas Penyelenggaraan Sail Nias 2019 di Kepulauan Nias.

*) Pemerhati Kekuasaan/Jabatan, Ketua DPP KNPI Bid. Poldagri

Related posts:

Jaringan Cendekiawan Meneropong 100 Hari Kerja Pemerintah Kabinet Merah-Putih
Pemuda Kristen dari NTT Sikapi Isu Sara terhadap Kader Gerindra - Maruarar Sirait
Dilaporkan ke Bawaslu, Aktivis Muda Kristen DKI Jakarta: Bang Ara Kader Merah Putih!
Peran Pemuda dalam Menghidupkan Semangat Perjuangan Pahlawan Menuju Indonesia Emas 2045
Membangun Spirit Sumpah Pemuda dalam tantangan Zaman yang Dinamis
Persatuan Musik Tradisional Karo di Dukung Full Oleh Abetnego Tarigan ( Deputi II Kepala Staf Presid...
Putusan KY: Teguran Keras untuk Tiga Hakim yang Vonis Bebas Anak Mantan Anggota DPR RI
DPP GEMONI Selenggarakan Pengukuhan Pengurus dan Seminar Tentang Status 3T Kepulauan Nias
Asosiasi Kesehatan di Gunungkidul Komitmen Memperkuat Layanan Kesehatan Masyarakat
Terkait Berita Keterlibatan Frienjob Begini Klarifikasi Rektor Universitas Nias Raya
Theo Cosner Tambunan Diprediksi Akan Menjadi Bupati Toba Periode 2024-2029
KSP minta perguruan tinggi komitmen siapkan SDM Indonesia Emas
TIM KUASA HUKUM BERHARAP PUTUSAN MEMBERIKAN KEADILAN Dan KEPASTIAN PEMBAYARAN KLAIM KEPADA 274 PENG...
Menilai Demokrasi Buruk PP GMKI Gelar Dialog Penegakan Konstitusi
Moeldoko dan AHY berjabat tangan saat sidang kabinet paripurna
AHY perdana hadiri rapat paripurna dengan bawa ransel
AHY nilai Jokowi pemimpin yang aktif bukan hanya di balik meja
Wapres berpesan agar AHY lanjutkan program yang utamakan rakyat kecil
AHY dapat wejangan dari wapres untuk tuntaskan persoalan agraria - ANTARA News
Jokowi tak ragu berikan posisi Menteri ATR kepada AHY

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *