Presiden Joko Widodo mengakui telah bertemu dengan paslon nomor urut dua tersebut pada Rabu (14/2) malam untuk mengucapkan selamat usai unggul telak dari paslon 01 dan 03 dalam hasil sementara quick count.
“Sudah selamat, selamat,” ungkap Jokowi di Jakarta, Kamis (15/2).
Ia menuturkan hasil penghitungan cepat merupakan metode penghitungan secara ilmiah. Namun, ia menekankan kepada semua pihak untuk bersabar dan tetap menunggu hasil resmi penghitungan suara dari Komisi Pemilihan Umum (KPU).
Mantan gubernur DKI Jakarta ini pun menanggapi berbagai tudingan bahwa ada kecurangan dalam pemilu 2024 ini. Jokowi menilai bahwa kecil kemungkinan kecurangan tersebut akan terjadi. Pasalnya, ada setiap saksi di tempat pemungutan suara (TPS) yang selalu mengawasi. Selain itu, pengawasan juga ditambah dari aparat dan juga Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu).
“Tapi kalau memang ada betul (kecurangan), ada mekanisme untuk ke Bawaslu, mekanisme nanti persidangan di MK. Saya kira sudah diatur semuanya, Jadi janganlah teriak curang-curang. Kalau ada bukti langsung bawa ke Bawaslu dan MK,” tegasnya.
Pengamat Politik dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Lili Romli mengatakan yang menarik dari perhelatan demokrasi kali ini adalah, pilpres rasa petahana. Menurutnya, berdasarkan pengalaman yang ada dalam pemilu sebelumnya, cukup sulit untuk mengalahkan petahana di dalam sebuah kontestasi pilpres.
Ia menjelaskan, kampanye dari paslon nomor urut 02 yang mengusung tema keberlanjutan, serta Prabowo yang didampingi oleh anak presiden cukup mempengaruhi masyarakat dalam menjatuhkan pilihan pada Prabowo-Gibran.
“Dan meskipun secara legal formal (Jokowi) tidak menunjukkan keberpihakan secara langsung, tetapi secara informal kan pasti memberikan dukungan terhadap pasangan 02 . Dan ditambah dengan popularitas yang tinggi dari Pak Jokowi, dengan dibuktikan oleh approval rating tadi, tingkat kepuasan yang tinggi. Sehingga memberikan Jokowi efek -lah gitu kan terhadap 02 ini,” tuturnya.
Menurutnya, hasil hitung cepat sementara yang menunjukkan Prabowo-Gibran menang telak dari dua paslon lainnya membuktikan bahwa isu dan kritikan yang dilontarkan berbagai pihak yang pro demokrasi seperti kritik dari sejumlah budayawan, guru besar universitas, dan aktivis, membuktikan bahwa hal tersebut tidak berdampak pada masyarakat akar rumput.
Menurutnya, isu demokratisasi, isu pelanggaran HAM, isu pelanggaran etik yang dilontarkan oleh berbagai kelompok masyarakat sipil ini, bisa jadi hanya berdampak pada kalangan masyarakat menengah ke atas yang level pendidikannya cukup tinggi.
“Jadi kurang di-respons, dianggap itu kan kepentingan orang-orang pintar aja, kalau saya kan kebutuhannya lain, gitu. Jadi semacam tidak nyambung antara isu-isu yang dikeluarkan oleh kelompok-kelompok kritis ini dengan (kebutuhan) di masyarakat. Apalagi kemudian ditambahkan kampanye 02 itu kan cukup populisme seperti bagi-bagi makan siang gratis. Nampaknya yang mereka butuhkan itu. Bukan tentang wacana ketidakadilan, wacana tentang demokratisasi, atau demokrasi semakin mengalami penurunan, mengalami erosi, bukan itu,” jelasnya.
Lebih jauh, Lili mengatakan wajar jika Jokowi menyatakan untuk mempersilakan semua pihak melaporkan kepada pihak-pihak terkait apabila memang ada bukti kecurangan. Menurutnya, pernyataan tersebut ihanya untuk mengkondusifkan situasi di tanah air. Ia pun mendorong semua pihak apabila memang ada kecurangan untuk tidak segan-segan melaporkan kepada pihak berwajib.
“Jadi memang di satu sisi mempersilahkan, tapi di sisi lain menggambarkan bahwa situasi ini sebenarnya tidak ada masalah. Tetapi yang lebih penting adalah saya, jika terjadi pelanggaran, kecurangan, ada bukti-bukti memang harus ditelusuri, dilaporkan agar pemilu ini betul-betul berjalan adil dan demokratis Jadi memang harus diusut tuntas, dilaporkan,” pungkasnya. [gi/lt]