‘Pertarungan’ ISIS dan Al-Qaida di media sosial – BBC News Indonesia

‘Pertarungan’ ISIS dan Al-Qaida di media sosial – BBC News Indonesia

Video yang menampilkan pimpinan Al-Qaida Ayman al-Zawahiri berdurasi 55 menit.

Sumber gambar, Reuters

Keterangan gambar,

Video yang menampilkan pimpinan Al-Qaida Ayman al-Zawahiri berdurasi 55 menit.

Dua ideologi ekstrem sedang berupaya merebut dukungan di dunia maya melalui video yang bersifat ajakan atau pun teror. Pengaruh ideologi mana yang mendapat perhatian militan Indonesia? ISIS atau al-Qaida?

Pemimpin Al-Qaida, Ayman al-Zawahiri, mengumumkan pembentukan Al-Qaida di India untuk ‘mengangkat bendera jihad’ di Asia Selatan, Kamis (04/09).

Ucapan itu dilontarkan dalam sebuah video yang diunggah di internet dengan durasi 55 menit.

Video muncul hanya berselang sehari setelah video pemenggalan wartawan AS oleh Daulah Islamiyah atau ISIS beredar di dunia maya.

Sejumlah pengamat mengatakan perebutan pengaruh antara dua militan Islam sedang terjadi di dunia, termasuk di Indonesia.

Tentang siapa yang paling benar

Pengamat terorisme Taufik Andrie menilai dua ideologi garis keras ini sudah menjadi bahan perdebatan yang sengit antar kaum militan di Indonesia, namun ISIS sejauh ini cukup mendominasi.

“Kalau lihat proporsinya, sepertinya pendukung ISIS lebih banyak. Tapi bukan berarti pendukung Al-Qaida itu sedikit. Masih ada juga, tetapi mereka mungkin tidak bermain di dunia maya, melainkan dalam kajian-kajian majels taklim misalnya,” kata Taufik.

Secara faktual, Taufik mengatakan memang sudah ada kompetisi antar dua kelompok militan itu, terutama di Irak dan Suriah.

Paham Daulah Islamiyah kini lebih populer ketimbang al-Qaida.

Sumber gambar, AP

Keterangan gambar,

Paham Daulah Islamiyah kini lebih populer ketimbang al-Qaida.

“Imbasnya tentu pada debat antara mereka tentang siapa yang paling benar, siapa yang paling punya hak mengelola wilayah,” katanya kepada wartawan BBC Indonesia, Christine Franciska.

“Kalau perpecahan model begini sebetulnya lazim saja terjadi karena ini situasi yang paling puncak dalam perbedaan.”

“Pendukung al-Qaida di Indonesia masih aktif untuk ikut berdebat,” lanjutnya.

Penyebaran paham kelompok ekstrem melalui berbagai jalur, termasuk melalui media sosial, diyakini telah membuat sekitar 50 orang Indonesia pergi berperang bersama Daulah Islamiyah di Irak dan Suriah, kata Badan Nasional Penanggulangan Terorisme.

Namun pencegahan penyebaran paham radikal melalui media sosial, kata polisi, sulit dilakukan karena biasanya bersifat anonim.

Selain itu, proses pelacakan perlu waktu yang lama, kata Agus Riyanto Kepala Bagian Penerangan Mabes Polri.

Pendukung di Malang membaca tabloid yang mengulas paham ISIS.
Keterangan gambar,

Pendukung di Malang membaca tabloid yang mengulas paham ISIS.

“Banyak faktor yang harus diperhatikan.. Yang pertama bisa dibuat siapa saja, di mana saja, dan kapan saja. Untuk menindak pun kita harus berkoordinasi dengan kementerian komunikasi dan informatika,” katanya.

Tren percakapan tentang ISIS atau pun al-Qaida di media sosial di Indonesia menurun dalam beberapa pekan terakhir, kata Yose Rizal, pemimpin Media Wave, lembaha yang menganalisa percakapan di internet.

“Percakapan sempat memuncak beberapa pekan lalu, tetapi trennya menurun. Isinya konsisten bahwa netizen di Indonesia sebagian besar menolak paham ISIS.”

“Jadi saya pikir memang tidak akan berkembang besar di Indonesia -baik paham ISIS atau al-Qaida. Yang mengembangkan paham ini orang-orang yang dari dulu memang sudah terlibat gerakan ekstrem, jadi tidak meluas,” jelas Yose.

READ  Kemenpora, KONI Pusat dan YGKI gelar pelatihan sepak bola putri

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *