MH17: Duka Theo kehilangan kakak satu-satunya – BBC News Indonesia
Lima pekan setelah jatuhnya pesawat MH17 di Ukraina, duka yang mendalam masih dirasakan keluarga korban.
Salah satunya adalah Theo Lekatompessy, seorang warga Jakarta.
Theo kehilangan kakak satu-satunya akibat tragedi yang terjadi tanggal
17 Juli lalu tersebut.
Kakaknya Charles Tamtelahitu lahir tahun 1951 di Indonesia.
Namun karena situasi di Indonesia saat itu sulit, tahun 1967 kakaknya pindah ke Belanda dengan nenek mereka yang merupakan warga negara Belanda.
Charles pun akhirnya menjadi warga negara Belanda dan menikahi seorang wanita Belanda.
“Mereka dikarunia dua putra-putri, yang paling tua namanya Yahya, yang kedua namanya Naomi. Dan putra pertamanya menikah tahun lalu dan pada awal tahun ini baru pertama kali, mendapatkan cucu yang pertama. Seorang cucu laki-laki, usianya baru tiga bulan,” tutur Theo.
Sedangkan Theo bersama orangtuanya tetap tinggal di Indonesia.
“Nah, kemarin itu, tepatnya tanggal 16 Juli saya diberitahu, ibu saya meninggal di Surabaya,” lanjut Theo.
“Saya telpon dia (Charles) karena kakak tertua dan satu-satunya, maka dia harusnya, selayaknya sih memimpin proses pemakaman. Saya mohon supaya dia bisa balik ke Surabaya.”
Banyak rintangan
Namun agar Charles bisa pulang ke Surabaya tidak mudah.
Charles memiliki banyak pekerjaan sehingga tidak dapat mengambil penerbangan paling dini.
Selain itu, penerbangan yang cocok dengan jadwal kerja Charles pun sudah terisi penuh.
Charles akhirnya mendapatkan tiket pulang ke Surabaya melalui Malaysia Airlines.
“Dan itu juga susah. Kamis (17/07) pagi di Jakarta Malaysia Airlines sistemnya down (tidak berfungsi). Jadi minta lagi ke Kuala Lumpur untuk dikeluarin. Kemudian setelah selesai, siang-siang di sini (Jakarta) ada masalah lagi. Karena paspornya (Charles) tepat enam bulan akan expire, akan habis,” kata Theo.
Setelah adanya konfirmasi dari Malaysia Airlines di Indonesia bahwa paspor Charles tidak bermasalah, maka akhirnya Charles menaiki pesawat MH17.
“Artinya, it’s a long and winding road untuk pulang ke Surabaya. Dan saya memang juga tidak menduga bahwa tidak akan pernah sampai Surabaya,” cerita Theo dengan suara sedikit tersedu.
Teridentifikasi
Theo baru mengetahui kakaknya ada dalam penerbangan MH17 beberapa jam setelah media memberitakan kecelakaan tersebut.
“Tidak ada yang berani bilang ke saya. Karena kebetulan di keluarga hanya sisa saya. Jadi ibu meninggal, kakak meninggal, ayah sudah meninggal, jadi tinggal saya. Jadi saya harus handle (menangani) semua, rupanya mereka (kerabat) kasihan,” jelas Theo.
Tetapi Theo masih bersyukur karena
jenazah kakaknya berhasil diidentifikasi, meski keluarga sebelumnya sudah siap dengan proses identifikasi jenazah yang dapat memakan waktu berbulan-bulan.
Theo pun akan ke Belanda akhir Agustus ini karena Charles rencananya akan dimakamkan di Hengelo, Belanda.
“Yah memang susah yah karena hanya saya yang tertinggal di keluarga. Saya satu-satunya, jadi mau tidak mau saya harus memimpin prosesi, tidak ada pilihan. Oleh sebab itu, beruntunglah untuk orang yang masih hidup dan mempunyai pilihan.
“Kakak saya seorang engineer dan memang tinggal di Belanda sendiri. Artinya tidak dalam society (lingkungan) keluarga. Jadi tumbuh kembangnya berbeda, ia hidup dalam kesendiriannya dan juga meninggal dalam kesendiriannya,” tutup Theo.